Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting
DOI:
https://doi.org/10.35141/kia.v3i1.1003Keywords:
Riwayat, Berat Badan Lahir Rendah, StuntingAbstract
Stunting merupakan salah satu indikator mengenai penurunan produktivitas masyarakat suatu negara pada masa yang akan datang. Stunting merupakan kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Pada tahun 2022, secara global, sebanyak 148,1 juta anak usia kurang dari 5 tahun mengalami stunting. Mayoritas berada di Asia (52%) dan Afrika (43%). Data dari Riskesdas, angka kejadian balita pendek dan sangat pendek di Indonesia adalah 30,8% pada tahun 2018. Hasil Survei Status Gizi Indonesia Tahun 2023 menunjukkan angka kejadian stunting di Indonesia sebanyak 21,6% pada 2022 yang masih jauh dari target penurunan prevalensi stunting yaitu hingga 14% pada 2024. Stunting disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik. Mengetahui hubungan antara Riwayat Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain penelitian cross sectional serta dilakukan di Puskesmas Rongkop dan Puskesmas Gedangsari II Kabupaten Gunungkidul. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu dan anaknya yang berusia 6-12 bulan dengan sampel berjumlah 98 responden menggunakan quota sampling. Variabel independent adalah riwayat berat badan lahir rendah dan variabel dependent adalah kejadian stunting. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji Fisher Exact. Dari 98 anak, sebagian besar anak tidak memiliki riwayat BBLR yaitu sebanyak 85 responden (86,7%) dan sebagian besar anak tidak mengalami stunting yaitu sebanyak 88 responden (89,8%). Hasil uji bivariat menunjukan bahwa dari 13 anak yang memiliki riwayat BBLR terdapat 2 anak (15,4%) yang mengalami stunting dan 11 anak (84,6%) tidak mengalami stunting. Dari 85 anak yang tidak memiliki riwayat BBLR terdapat 77 anak (90,6%) tidak mengalami stunting dan sebanyak 8 anak (9,4%) mengalami stunting. HasilĀ uji Fisher Exact diperoleh nilai r-value = 0,618 (r > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting.